Sunday, November 20, 2011

Google Galakkan Mega Proyek "Clean Energy"

KOMPAS.com - Perusahaan mesin pencari terbesar di dunia saat ini, Google menanamkan investasinya dalam sejumlah proyek raksasa pembangkit energi ramah lingkungan. Lalu apa hubungannya Google dengan mega proyek clean energy itu?
Di Amerika Serikat saat ini beberapa perusahaan IT seperti Yahoo!, Apple, Facebook, Google, dan Akamai memang menyedot energi sangat besar. Bayangkan saja, setiap perusahaan itu demi melayani jutaan pengguna harus memiliki ribuan data center yang tersebar di berbagai wilayah. Berapa banyak listrik yang dibutuhkan?
Organisasi lingkungan Greenpeace secara rutin memantau penggunaan energi setiap perusahaan teknologi tersebut. Sampai saat ini, kebanyakan sumber energi yang dipakai adalah batu bara sehingga hal ini berdampak buruk bagi bumi. Data rilis terbaru dari Greenpeace menyebutkan bahwa perusahaan Steve Jobs, Apple, merupakan perusahaan "terkotor" karena mengandalkan batu bara untuk menghasilkan energi bagi data center mereka. Sementara Yahoo! merupakan perusahaan terbersih. Lalu di mana posisi Google?
Walaupun bukan yang terbersih, Google menunjukkan komitmen mereka dalam menghasilkan energi bersih dan terbarukan. Tidak tanggung-tanggung kini Google telah mengeluarkan dana sebesar 350 juta dollar AS untuk proyek-proyek clean energy mereka. Dana ini merupakan paling besar yang pernah dikeluarkan oleh perusahaan IT untuk membangun clean energy dan energi terbarukan. Ada tujuh mega proyek Clean Energy Google yang disiapkan.
1. Ivanpah Solar Electric Generating System
Pada tanggal 11 April 2011 yang lalu, Google secara resmi mengumumkan tentang invetasi mereka sebesar 168 juta US dollar dalam energi surya di gurun Mojave California. Google’s Green Business Operations menyepakati investasi baru senilai 168 juta dollar AS dengan BrightSource Energy untuk membangun energi listrik tenaga surya baru dan sedang dikembangkan oleh BrightSource Energi di Gurun Mojave di California. Menurut blog resmi Google, Brightsource's Ivanpah Solar Electric Generating System (ISEGS) akan menghasilkan energi sebanyak 370 MW energi surya yang bersih. Jumlah ini setara dengan mengeluarkan mobil sebanyak 90.000 lebih dari jalan selama umur proyek yang diproyeksikan lebih dari 25 tahun.
2. Caithness Shepherds Flat Wind Farm
Ini merupakan proyek energi angin terbesar di dunia. Google mengivestasikan dana sebesar 100 juta dollar AS dalam proyek ini yang diumumkan secara resmi pada tanggal 18 April 2011. Proyek ini di bangun di kawasan berangin di Oregon dan direncanakan akan selesai pada tahun 2012. Proyek ini diperkirakan akan menghasilkan 845 MW energi bersih yang bersumber dari angin yang akan mampu menerangi paling tidak 235.000 rumah. Proyek ini menarik bukan hanya karena ukuran dan skalanya yang terbesar, tetapi juga pada teknologi canggih yang diterapkan dalam proyek Wind Farm ini.
3. Offshore Wind Superhighway
Total investasi Google dalam proyek ini tidak diketahui, namun diperkirakan paling tidak lebih jutaan dollar AS. Proyek ini masih terkait dengan pemanfaatan energi angin, namun berada di lepas pantai. Kemungkinan energi bersih yang dihasilkan dalam proyek ini adalah 6.000 MW yang setara dengan 60% keseluruhan energi angin yang dimanfaatkan di AS. Proyek ini akan mampu melayani paling tidak 1,9 juta rumah tangga.
4. NextEra Energy Resources Wind Project
Pada bulan Mei tahun 2010 yang lalu Google secara resmi mengeluarkan dana 38,8 juta dollar AS dalam proyek NextEra Energy. Sumber energi masih sama, yaitu angin dan diperkirakan akan menghasilkan energi sebesar 169,5 MW dan bisa menerangi paling tidak 55.000 rumah tangga. Lokasi proyek ini berada di sebuah daerah kaya angin di Dakota Utara. Upaya ini merupakan proyek berikutnya dari Google dalam upaya pengurangan energi fosil.
5. Kesepakatan 20 Tahun Pembelian Energi dengan NextEra Energy
Google kembali menyetujui sebuah perjanjian untuk membeli energi terbarukan dari sumber angin yang dihasilkan oleh NextEra Energy. Besarnya energi terbarukan yang juga dihasilkan oleh angin ini adalah 114 MW. Dengan kesepakatan perjanjian yang sangat lama Google membantu perusahaan penghasil energi angin dalam hal pengembangan dan keuangan untuk membangun energi terbarukan. Kesepakatan ini kemudian diperbarui lagi, yaitu pada bulan Juli 2010 yang lalu, Google kembali membeli 100,8 MW energi bersih dari NextEra Energy yang dihasilkan oleh proyek energi angin yang lain oleh NextEra Energy. Lokasi proyek baru ini berada di Oklahoma
6. Energi Panas Bumi
Energi panas bumi agak kurang dikenal dibandingkan dengan proyek energi angin yang selama ini menjadi fokus Google. Namun demikian, Google tidak sungkan untuk menginvestasikan 10 juta dollar AS lebih untuk proyek panas bumi pada bulan Oktober 2010 yang lalu. Dalam investasi tersebut 481.500 dollar AS merupakan hibah buat Southern Methodist University untuk melihat potensi panas bumi di sekitar Virginia Barat. Dan ternyata uang itu terbayar karena di Virginia Barat tersebut terdapat banyak potensi panas bumi.
Di Virginia Barat sendiri saat ini terdapat pembangkit listrik batu bara yang menghasilkan energi sebesar 16.350 MW. Namun jika energi panas bumi daerah itu pulih sebesar 2%, akan dapat menghasilkan energi bersih sebesar 18.890 MW.
7. German Solar Power Plant
Selain di AS, Google juga berinvestasi di Jerman dengan mengeluarkan dana 3,5 juta euro untuk membangun proyek energi surya yang akan menghasikan energi listrik paling tidak 18,7 MW. Proyek ini berada di dekat kota Berlin dan tercatat sebagai proyek energi surya terbesar di Jerman dan akan mampu menerangi paling tidak 5.000 rumah tangga.

sumber : http://www.alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/4636-google-galakkan-mega-proyek-qclean-energyq.html

Membangun Rumah di Kota Hijau

KOMPAS.com - Fakta pemanasan global yang memengaruhi perubahan iklim dan degradasi kualitas lingkungan hidup manusia telah menyadarkan betapa pentingnya menyelamatkan kehidupan manusia di Bumi. Berbagai pihak terus bekerja sama membangun dunia baru yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Para pengembang properti berbagi informasi membangun properti hijau menuju kota hijau. Produk-produk properti hijau diperkenalkan kepada konsumen yang semakin kritis terhadap pengembang yang tidak ramah lingkungan. Ada banyak properti hijau berupa konsep kota taman, kota hijau, kota pohon, rumah kebun, kebun raya, taman hijau, hingga lembah hijau yang membanjiri pasaran telah memesona masyarakat.

Berbagai tren arsitektur bangunan yang sempat populer, mulai dari rumah bergaya tropis, country, mediteranian, hingga minimalis, mulai ditinggalkan konsumen. Para arsitek dan pemilik rumah mulai bekerja sama mengembangkan konsep rumah hunian yang ramah lingkungan dan semakin dicari penghuni.

Rumah ramah lingkungan (rumah hijau) mensyaratkan beberapa hal yang patut dipertimbangkan. Rumah harus dibangun di atas lahan yang memang diperuntukkan bagi kawasan hunian, bukan kawasan hijau (daerah resapan air). Komposisi ruang terbangun dan ruang tidak terbangun disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di setiap kawasan. Untuk kawasan hunian, koefisien dasar bangunan (KDB) idealnya maksimal 70 persen sehingga menyediakan koefisien dasar hijau (KDH) mencapai 30 persen.

Sejak perencanaan dan pembangunan rumah, bahan bangunan yang dipakai sebaiknya menggunakan material lokal atau mudah didapat dari daerah terdekat. Kemudahan mendatangkan material setempat akan menghemat biaya transportasi dan turut membantu mengurangi gas emisi karbon kendaraan.

Material lokal akan lebih menyelaraskan karakter bangunan dengan lingkungan sekitar, seperti bangunan ekspos batu kali, batu bata, dan kayu untuk perpaduan kesan alami; atau semen, baja, dan kaca yang menampilkan wajah modern. Interior dan perabot dalam rumah dapat memakai bahan-bahan yang mudah didaur ulang atau barang hasil daur ulang.

Denah bangunan cukup mudah diikuti, mengalirkan sirkulasi cahaya dan udara alami dengan leluasa. Peletakan pintu, jendela, void, dan lubang angin yang tepat. Ruang-ruang dalam rumah (ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur) terasa cukup terang, tetapi tidak terlalu panas atau lembab. Udara segar mengembus ke segala penjuru ruangan, cukup dengan kipas angin, pemakaian AC hanya pada waktu tertentu.

Hemat listrik

Krisis listrik yang byarpet dan semakin mahal mendorong semua pihak untuk mulai membiasakan menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan. Meski belum banyak berkembang, warga terus berupaya mencari tenaga listrik yang (kalau bisa) mudah dan murah. Pilihan jatuh pada pemasangan panel- panel sel surya di atap bangunan untuk memanaskan air dan beberapa titik lampu.

Di kawasan pesisir pantai, dilakukan pengembangan kincir angin untuk memasok tenaga listrik. Biogas juga sudah dilirik untuk menerangi lampu atau memasak. Alternatif pengembangan energi listrik rumah ramah lingkungan harus terus dilakukan agar rumah tidak tergantung banyak pada pasokan listrik PLN di masa depan.

Ketersediaan KDH 30 persen lebih memberikan peluang untuk rumah dan penghuni dapat bernapas lega. Ruang hijau dikembangkan menjadi taman dengan konsep taman sesuai kebutuhan penghuni, seperti taman terapi/ refleksi/relaksasi, taman air, taman bunga, atau sesuai arsitektur bangunan—taman tropis, taman minimalis, taman jepang, dan taman mediteranian.

Taman yang cantik ini memberikan sumbangan ekologis kepada kota sebagai ruang terbuka hijau privat bagian dari ruang terbuka hijau kota. Penghuni berhak memperoleh insentif, seperti pengurangan pajak, pemotongan biaya listrik, telepon, dan kemudahan lain, dari pemerintah sebagai apresiasi pemerintah atas partisipasi warga dalam menambah hijau kota.

Para arsitek mulai rajin membangun atap hijau (green roof, roof garden) sebagai upaya menggantikan lahan (hijau) yang terbangun. Di kota-kota besar yang padat dan sumpek, kehadiran atap-atap hijau bak oase sejuk di tengah-tengah hutan beton kota. Belum cukup, dinding-dinding rumah juga dibalut tanaman merambat menjadi dinding hijau (green wall).

Bangunan yang diselimuti tanaman terbukti mampu memengaruhi iklim mikro lingkungan sekitar. Hawa panas turun. Taman menjadi insulasi atap alami. Radiasi sinar matahari diserap tanaman. Gas polutan diolah tanaman menjadi oksigen. Air hujan dapat ditampung, diserap, dan dialirkan ke dalam pipa serta diresapkan ke dalam sumur resapan air.

Pengolahan sampah

Ruang dalam rumah menjadi lebih sejuk dan nyaman (pemakaian AC dapat dikurangi). Penghuni dapat beristirahat, melihat langit biru di siang hari, menatap bintang berkilau di malam hari, atau membuat pesta taman di atas sambil menikmati pemandangan lanskap kota dari atap rumah. Suatu pengalaman yang sangat langka bagi warga kota.

Rumah ramah lingkungan menyerapkan air yang jatuh sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (zero run off). Rumah membangun sistem saluran air bersih, air kotor, dan air limbah dibuat terpisah. Air bersih dari pompa atau PAM langsung dialirkan ke bak penampung air. Mandi sudah memakai shower. Bak-bak air mulai banyak ditiadakan karena dianggap mandi dengan gayung lebih boros air.

Air bekas pakai mandi atau mencuci sayuran didaur ulang menjadi air untuk membilas kloset, menyiram tanaman, atau mencuci kendaraan. Air bekas cuci pakaian atau alat makan ditampung, disaring (dinetralisasi), dan diresapkan secara alami ke dalam sumur resapan air yang dilengkapi filter alami (pasir, kerikil, ijuk, pecahan bata/genteng). Air kotor yang dialirkan ke dalam septic tank diproses tersendiri.

Pengolahan sampah juga dilakukan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya (zero waste). Sisa sayuran, buah-buahan, dan makanan diolah menjadi sampah organik untuk memupuki tanaman di taman rumah. Barang bekas pakai dipilih dan dipilah menjadi barang siap pakai untuk fungsi baru yang lain atau disisihkan untuk diberikan kepada pemulung. Semua penghuni rumah diajak terlibat dalam pengelolaan sampah.

Jangan lupa, jika rumah dekat lokasi transportasi umum (bus atau kereta api), penghuni diajak membiasakan diri berjalan kaki dan atau bersepeda untuk menuju ke tempat kegiatan sehari-hari, terutama yang berjarak dekat. Lebih sehat, lebih ramah lingkungan. Jalur pejalan kaki yang lebar, nyaman, dan teduh di permukiman dan kota juga semakin mendorong orang untuk berjalan kaki. Penyediaan jalur sepeda juga merupakan salah satu wujud dari kota yang hijau.

Yuk Wujudkan Kotamu Jadi Kota Hijau!

Pasti anda memimpikan kota yang ditinggali itu hijau alias nyaman, sejuk dan tak macet. Transportasinya pun layak dan memadai. Lalu juga bebas dari banjir! Ini memang impian setiap orang!
Nah untuk mewujudkan itu, tata ruang dan ruang terbuka hijau suatu wilayah harus dikelola serta diatur dengan baik supaya ada keseimbang antara ekosistem hayati dengan lingkungan yang terbangun serta penduduk yang mendiami suatu wilayah. Kementerian Pekerjaan Umum tengah berupaya untuk mewujudkan kota-kota yang ada di Indonesia menjadi kota hijau.
“PU terus mendorong supaya setiap wilayah atau kota ada Ruang Terbuka Hijau 30%,” ujar Lina Marlia Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum sekitar 52,03 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan diperkirakan meningkat menjadi kurang lebih 68 persen pada tahun 2025. Pertumbuhan kota secara cepat tersebut dapat berdampak terhadap timbulnya berbagai permasalahan perkotaan seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, kemiskinan, serta menurunnya luasan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu program Kota Hijau yang dipunya Kementerian Pekerjaan Umum harus sama-sama diwujudkan.
”20% pemerintah, 10% masyarakat,” kata Lina Marlia. Salah satu caranya dengan memperingati Hari Tata Ruang (TARU). Tahun ini adalah tahun ke empat Indonesia memperingatinya. Tema yang diusung kali ini “Empowerment For Green Cities” Pemberdayaan Kota Hijau.
“Lewat Hari Tata Ruang, kita mencoba menggugah masyarakat untuk berpartisipasi,” tutur Lina Marlia.
Kota hijau bukan berarti semuanya harus dicat hijau tapi kota yang ramah lingkungan. Memanfaatkan secara efektif, efisien segala sumber daya, air dan energi termasuk di dalamnya untuk mengurangi limbah dan penerapan sistem transportasi yang terpadu.
“Limbah dibatasi dan dikelola, rumah jangan kebanyakan pakai listrik, pake kaca lebar, naik angkutan umum,” terang Lina Marlia. Ada pula delapan atribut kota hijau yang harus dikerjakan dan digarap Kementerian Pekerjaan Umum bersama Pemerintah Daerah dan Kementerian terkat hingga tiga tahun ke depan, yaitu perencanaan dan rancangan kota hijau, ruang terbuka, pembuangan limbah, alat transportasi, air bersih, sumber energi, serta bangunan dan masyarakat peduli lingkungan. “Masyarakat diharapkan memberikan masukan ke pemda masing-masing,” tambah Lina Marlia.
Kementerian Lingkungan Hidup turut membantu mewujudkan kota-kota di Indonesia menjadi kota hijau. “Kota hijau itu maknanya luas, tingkat polusi menurun, kekumuhan gak ada, DAS-nya baik,” ujar Heru Waluyo Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor Kementerian Lingkungan Hidup.
Beberapa kota saat ini sudah mulai masuk kategori kota hijau. Misalnya Palembang, Balikpapan dan Surabaya.”Kita komitmen untuk terus mewujudkan itu,” kata Heru Waluyo. Dalam arti kata kunci dan Kekuatan dalam mewujudkan kota hijau adalah kebersamaan.
Hal serupa dituturkan Ning Purnomohadi, Arsitek Lansekap, Pengelolaan SDA & Lingkungan. Kata dia pemerintah dan non-pemerintah harus saling bahu membahu. Termasuk meningkatkan kesadaraan semua orang untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap ligkungannya. ”Profesional, arsitek, ahli konstruksi beri masukan ke pemerintah dan juga masyarakatnya,” tambah Ning Purnomohadi Arsitek Lansekap, Pengelolaan SDA & Lingkungan.
Dimulai dari Tempat Tinggal
Tinggal di kota besar pasti sulit untuk menyediakan ruang terbuka hijau di rumahnya. Alasanya mulai dari lahan terbatas hingga biaya yang mahal. Namun sebetulnya itu bisa disiasati. “lahan di kota terbatas, tapi bukan berarti gak bisa ada ruang terbuka hijau,” ujar ujar Lina Marlia Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.
Efisiensi lahan jadi solusi. ”Tanaman di atap rumah,” ujar Lina Marlia. Selain itu perlu juga memperhitungan konstruksi bangunan. ”Kontruksi harus matang,apa-apa saja yang dibutuhkan” kata Arsitek Lansekap, Pengelolaan SDA & Lingkungan, Ning Purnomohadi. Yang terpenting adalah ventilasi harus baik, cahaya matahari bisa masuk dan adanya penggunaan energi alternatif. ”Para perencana, designer dan juga pemerintah kotanya, harus berpikir, teknik-teknik apa, klo membangun rumah kayak apa,” terang Ning Purnomohadi
Yang tidak boleh ketinggalan adalah jadi diri tiap daerah. Tanamlah pohon sesuai dengan  kebutuhan daerahnya. “Jangan ikut-ikutan menanam pohon yang gak cocok di daerahnya,” tambah Ning Purnomohadi.
Nah Penanaman pohon di rumah bisa mengurangi dampak perubahan iklim. “Green roof, menanam di atap rumah, jadi solusi tepat” sebut Heru Waluyo Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor Kementerian Lingkungan Hidup.
Penegakan Hukum
Dalam UU Penataan Ruang, ada sanksi bagi pejabat publik atau pemerintah daerah yang mengeluarkan izin tak sesuai dengan Perda RTRW. “Ada pidana dan perdata, denda sampai 500 juta,” ujar Lina Marlia Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.
Dengan sanksi itu diharapakan pemerintah daerah patuh dan tak melanggar aturan yang ada. ”Sudah kita sosialisasinya setiap pembangunan di kota, pokoknya RTHnya harus 30% patuhi pula RTRWnya,” tutur Lina Marlia. Menurut Heru Waluyo Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor Kementerian Lingkungan Hidup, para pengembang dan pemerintah daerah harus saling bertemu dan berdiskusi sebelum merencanakan dan membangun suatu wilayahnya. Ini penting supaya ruang terbuka hijau di suatu wilayah tetap ada. Pengawasan juga akan kembali digenjarkan untuk memastikan ruang terbuka hijau di suatu wilayah tak hilang. ”Pengawasan digencarkan,” tutup Heru Waluyo.
Perbincangan ini kerjasama KBR68H dengan Kementerian Pekerjaan Umum. 

Sunday, September 18, 2011

Pendekatan Ekologi pada Rancangan Arsitektur, sebagai upaya mengurangi Pemanasan Global


 Oleh:
Wanda Widigdo C, 
(Dosen Jurusan Arsitektur, 
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UK Petra )
wandaw@peter.petra.ac.id

I Ketut Canadarma, 
(Dosen Jurusan Arsitektur, 
Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Univ. Pelita Harapan)

Abstrak
 Perancangan bangunan, sering kali kurang memperhatikan keselarasan dengan alam, dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam dan penggunaan teknologi yang  tidak ramah terhadap alam. Oleh karena itu, perancangan bangunan secara arsitektur mempunyai andil  besar memicu pemanasan global dan berakibat pada turunnya kualitas hidup manusia. Dari semua gejala alam yang sudah terjadi, kini sudah saatnya perancangan bangunan secara arsitektur, lebih memahami alam melalui  pendekatan dan pemahaman terhadap perilaku alam lebih dalam agar tidak terjadi kerusakan alam yang lebih parah. Sasaran utama dari upaya ini adalah tidak memperparah pemanasan global, melalui upaya rancangan arsitektur yang selaras dengan alam serta memperhatikan kelangsungan ekosistim, yaitu dengan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi merupakan cara  pemecahan masalah rancangan arsitektur dengan mengutamakan keselarasan rancangan dengan alam, melalui pemecahan secara teknis dan ilmiah. Pendekatan ini diharapkan menghasilkan konsep-konsep perancangan arsitektur yang  ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistim, menggunakan energi yang efisien, memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien, menekanan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang. Semua ini ditujukan bagi  kelangsungan ekosistim, kelestarian alam dengan tidak merusak tanah, air dan udara., tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan manusia secara fisik, social dan ekonomi secara berkelanjutan.

Keywords : keselarasan rancangan dengan alam, pendekatan ekologi, rancangan yang
berkelanjutan. 


1.  Latar belakang.

Dalam alam, mahluk hidup akan bersuksesi dalam ekosistimnya dan berupaya mencapai  kondisi yang stabil hingga klimaks. Kondisi stabil dan klimaks terjadi bila hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya berjalan dengan mulus, yaitu berarti semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Manusia sebagai mahluk hidup juga merupakan ekosistim yang bersuksesi dan  ingin hidup stabil dan mencapai klimaks. Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemanjuan teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling ekonomis,  sehingga menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa diterima oleh alam. 

Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan hutan. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer.  Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung didalam tanah juga terganggu.

Kepadatan penduduk dibumi juga meningkatkan industri dan transportasi yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber daya alam tak terperbarui dalam jumlah besar, yaitu energi. Industri dan transportasi mengeluarkan emisi atau gas buang dari hasil proses pembakaran energi. Emisi dalam jumlah terbesar adalah CO2 mencapai 80% dari total gas emisi pembakaran bahan bakar.  Dari parahnya kerusakan hutan dan melambungnya emisi dari gas buang dari industri dan transportasi membuat konsentrasi CO2 menggantung diudara dan menebalkan lapisan atmosfer, sehingga panas matahari terperangkap dan mengganggu pelepasan panas bumi keluar atmosfer. Kondisi ini juga berakibat pada turunnya hujan yang mengandung asam yang disebut sebagai hujan asam yang membahayakan kelangsungan mahluk hidup. 

Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global.. Menurut Al-Gore, semenjak revolusi industri dalam kurun waktu 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat, pada tahun 2100 diperkirakam naik sampai 58 derajat. Pemanasan global yang terjadi diperkirakan dapat mencairkan es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Menurut  Green Peace, akibat pemanasan global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun 2050, kemungkinan 2000  pulau di Indonesia akan tenggelam.

Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan  ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam  yang tak terperbarui,  dan  rusaknya sumber daya alam lainnya. Kondisi ini merupakan suatu bencana ekologis yang akan mengancam kualitas
hidup manusia karena merupakan penunjang kehidupan manusia.  Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara keseluruhan dengan menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Kerusakan alam yang secara ekologis sudah demikian parah, kini sudah saatnya dipikirkan dengan pendekatan dengan pengertian kearah ekologi. Manusia diharapkan menjaga dan memelihara kelestarian alam, pada setiap kegiatannya terutama yang berkaitan  sumber daya alam. Upaya tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia disegala kegiatannya untuk menyelamatkan kualitas alam yang akan menjamin kualitas hidup manusia  Pada setiap rancangan kegiatan manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga berpihak pada keselarasan dengan alam, melalui pemahaman terhadap alam. Pemahaman terhadap alam dengan menggunakan pendekatan ekologis diharapkan mampu menjaga keseimbangan alam. Demikian pula pada rancangan bangunan secara arsitektur sangat perlu keselarasan dengan alam karena secara global bangunan diperkirakan menggunakan 50% sumber daya alam, 40% energi dan 16% air, mengeluarkan emisi CO2 sebanyak 45% dari emisi yang ada. Rancangan arsitektur juga mengubah tatanan alam menjadi tatanan buatan manusia dengan sistim-sistim dan siklus-siklis rancangan manusia yang tidak akan pernah identik dengn sistim-sistim dan siklus-siklus alam



Oleh karena itu pendekatan rancangan bangunan yang  ekologis, yaitu memahami dan selaras dengan perilaku alam diharapkan  dapat memberi kontribusi yang berarti bagi perlindungan alam dan sumber daya didalamnya sehingga mampu membantu mengurangi
dampak pemanasan global.

2.  Pemahaman terhadap Alam.

Dalam lingkungan alam, terdapat berbagai  ekosistim dengan masing-masing siklus hidupnya, dimana siklus hidup setiap mahmuk hidup  mempunyai hubungan timbal balik dengan yang organik dan anorganik, demikian juga dengan manusia. Manusia untuk kelangsungan hidupnya juga membutuhkan penunjang kehidupaan yang organik dan anorganik. Yang organik adalah semua yang berasal dari alam dan dapat kembali kealam,
tetapi yang menjadi masalah adalah yang anorganik, yaitu penunjang dalam bentuk fisik,
seringkali tidak selaras dengan sistim alamiah. Ketidak selarasan dengan sistim yang alamiah dapat memicu berbagai macam perubahan di alam. Oleh karena itu perlu adanya
suatu sikap memahami perilaku alam yaitu memperhatikan bagaimana ekosistim-ekosistim dialam bersuksesi. Sistim-sistim di alam pada umumnya mempunyai siklus-siklus tertutup dan apabila dari siklus tersebut mengalami gangguan sampai batas tertentu
masih mampu untuk beradaptasi. Tetapi bila sudah melampau batas kemampuan adaptasi, maka akan terjadi perubahan-perubahan, transformasi dan sebagainya. Perubahan siklus di alam akan berdampak pada kualitas hidup manusia.


Kebutuhan hidup manusia dalam bentuk fisik seringkali memanfaatkan sumber daya alam, seperti energi dan bahan bangunan tetapi juga memberikan dampak yang seringkali
tidak dapat diterima oleh alam. Apalagi dengan jumlah populasi manusia yang berkembang pesat dan kemajuan teknologi  yang makin canggih. Hal ini mempercepat turunya kualitas alam dan rusaknya siklus  ekosistim didalamnya. Dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam bentuk fisik salah  satunya adalah bangunan serta sarana dan
prasarna sebagai wadah berlindung dan beraktivitas  Bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat oleh manusia yang seringkali lebih menekankan pada kebutuhan manusia tanpa memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitarnya. Seharusnya manusia sadar  betapa pentingnya kualitas alam sebagai penunjang kehidupan, maka setiap kegiatan  manusia seharusnya didasarkan pada pemahaman terhadap alam termasuk pada perancangan arsitektur.
Pemahaman terhadap alam pada rancangan arsitektur adalah  upaya untuk menyelaraskan rancangan dengan alam, yaitu melalui memahami perilaku alam., ramah dan selaras terhadap alam. Keselarasan dengan alam merupakan upaya pengelolaan dan menjaga kualitas tanah, air dan udara dari berbagai kegiatan manusia,  agar siklus-siklus tertutup yang ada pada setiap ekosistim, kecuali energi tetap berjalan untuk menghasilkan sumber daya alam.  Manusia harus dapat bersikap transenden dalam mengelola alam, dan menyadari bahwa hidupnya berada secara imanen dialam. Akibat kegiatan  atau perubahan pada kondisi alamiah akan berdampak pada siklus-siklus di alam. Hal ini dimungkinkan adanya perubahan dan transformasi pada sumber daya alam yang dapat berdampak pada kelangsungan hidup manusia Pemikiran rancangan arsitektur yang menekankan pada ekologi, ramah terhadap alam, tidak  boleh menghasilkan bangunan fisik yang membahayakan siklus-siklus tertutup dari ekositim sebagai sumber daya yang ada ditanah, air dan udara. 
Didalam ranah arsitektur ada pula konsep arsitektur yang menyelaraskan dengan alam melalui menonjolkan dan melestarikan potensi, kondisi dan sosial budaya setempat atau lokalitas, disebut dengan arsitektur vernacular. Pada konsep ini rancangan bangunan juga menyelaraskan dengan alam, melalui bentuk bangunan, struktur bangunan, penggunaan material setempat, dan sistim utilitas bangunan yang alamiah serta kesesuaian terhadap iklim setempat. Sehingga dapat dikatakan arsitektur vernacular, secara tidak langsung juga menggunakan pendekatan ekologi. Menurut Anselm (2006), bahwa arsitektur vernacular lebih menonjolkan pada  tradisi, sosial  budaya masyarakat sebagai ukuran kenyamanan manusia. Oleh karena itu arsitektur vernacular mempunyai bentuk atau style yang sama disuatu tempat tetapi berbeda dengan ditempat yang lain, sesuai tradisi dan sosial budaya masyarakatnya. Contohnya rumah-rumah Jawa dengan bentuk atap yang tinggi dan bangunan yang terbuka untuk mengatasi iklim setempat dan sesuai dengan budaya yang ada, kayu sebagai material  setempat dan sedikit meneruskan radiasi matahari. 
Arsitektur vernacular keselarasan terhadap alam sudah teruji dalam kurun waktu yang lama, sehingga sudah terjadi  keselarasan terhadap alam sekitarnya. Pada arsitektur vernacular, wujud bangunan dan keselarasan terhadap alam lahir dari konsep social dan budaya setempat. 

3.  Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur.

Ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur,  tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama , antara lain  : Yeang (2006), me-definisikannya sebagai:  Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design.  Yeang, menekankan pada : integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunaan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah, melalui 3 tingkatan; yaitu yang pertama  integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan  sebagainya. Kedua, integrasi  sistim-sistim dengan proses alam, meliputi: cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistim pembuangan dari bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya. Yang ketiga adalah, integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Aplikasi dari ketiga integrasi tersebut, dilakukannya pada
perancangan tempat tinggalnya, seperti pada gambar :

Menurut Metallinou (2006), bahwa pendekatan ekologi pada rancangan arsitektur atau eko arsitektur bukan merupakan konsep rancangan bangunan hi-tech yang spesifik, tetapi konsep rancangan bangunan yang menekankan pada suatu kesadaran dan keberanian sikap untuk memutuskan  konsep rancangan bangunan yang menghargai pentingnya keberlangsungan ekositim di alam. Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari kerusakan yang lebih parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan ekonomi.
Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick (1998), berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa  yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung bagian-bagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi bgi kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu eko arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang
                    

                         

Mendekati masalah perancangan arsitektur  dengan konsep ekologi,  berarti ditujukan pada pengelolaan tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistim. Efisiensi penggunaan sumber daya alam  tak terperbarui (energi) dengan mengupayakan energi alternatif (solar, angin, air, bio). Menggunakan sumber daya alam terperbarui dengan konsep siklus tertutup, daur ulang dan hemat energi mulai pengambilan dari alam sampai
pada penggunaan kembali, penyesuaian terhadap lingkungan sekitar, iklim, sosial-budaya, dan ekonomi. Keselarasan dengan perilaku alam, dapat dicapai dengan konsep perancangan arsitektur yang kontekstual,  yaitu pengolahan perancangan tapak dan bangunan yang sesuai potensi setempat. termasuk topografi, vegetasi dan kondisi alam lainnya. 
Material yang dipilih harus  dipertimbangkan hemat energi mulai dari pemanfaatan sebagai sumber daya alam sampai pada penggunaan di bangunan dan memungkinkan daur ulang (berkelanjutan) dan limbah yang dapat sesuai dengan siklus di alam. Konservasi sumberdaya alam dan keberlangsungan siklus-siklus ekosistim di alam, pemilihan dan pemanfaatan bahan bangunan dengan menekankan pada daur ulang, kesehatan penghuni dan dampak pada alam  sekitarnya, energi yang efisien, dan mempertahankan potensi setempat. Keselarasan rancangan arsitektur dengan alam juga harus dapat menjaga kelestarian alam, baik vegetasi setempat maupun mahluk hidup lainnya, dengan memperluas area hijau yang diharapkan dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang dihasilkan kegiatan manusia, dan melestarikan habitat mahluk hidup lain.
Ukuran kenyamanan penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi, dicapai melalui penggunaan sistim-sistim dalam bangunan yang alamiah, ditekankan pada sistim-sistim pasif,  pengendalian iklim dan keselarasan dengan lingkungannya. Bentuk dan orientasi bangunan didasarkan pada selaras dengan  alam sekitarnya, kebutuhan penghuni dan iklim, tidak mengarah pada bentuk bangunan atau  style  tertentu, tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan kenyamanan penghuni dipecahkan secara teknis dan ilmiah.  Untuk mendapatkan hasil rancangan yang mampu selaras dan sesuai dengan perilaku alam, maka semua keputusan dari konsep perancangan harus melalui analisis secara teknis dan ilmiah Pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan memerlukan pemikiran yang interdisiplin dan holistic karena sangat kompleks dan mencakup berbagai macam keilmuan.  

Dari berbagai pendapat pada perancangan arsitektur dengan pendekatan ekologi, pada intinya adalah, mendekati masalah perancangan arsitektur dengan menekankan pada  keselarasan bangunan dengan perilaku alam, mulai dari tahap pendirian sampai usia bangunan habis. Bangunan sebagai pelindung manusia yang ketiga harus nyaman bagi penghuni, selaras dengan perilaku alam, efisien dalam memanfatkan sumber daya alam, ramah terhadap alam. Sehingga perencanaannya perlu memprediksi kemungkinan-kemungkinan ketidak selarasan dengan alam yang akan timbul dimasa bangunan didirikan, beroperasi sampai tidak digunakan, terutama dari penggunaan energi, pembuangan limbah dari sistim-sistim yang digunakan dalam bangunan. Semua keputusan yang diambil harus melalui pertimbangan secara teknis dan ilmiah yang holistik dan interdisipliner. Tujuan perancangan arsitektur melalui pendekatan arsitektur adalah upaya ikut menjaga keselarasan bangunan rancangan manusia dengan alam untuk jangka waktu yang panjang. Keselarasan ini tercapai melalui kaitan dan kesatuan antara kondisi alam, waktu, ruang dan kegiatan manusia yang menuntut perkembangan teknologi yang mempertimbangkan nilai-kilai ekologi, dan merupakan suatu upaya yang berkelanjutan.
 
4.  Kesimpulan.

Pada pendekatan ekologi, ada berbagai macam sudut pandang dan penekanan, tetapi semua mempunyai arah dan tujuan yang sama, yaitu  konsep perancangan dengan  :
1. Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi dampak yang lebih parah dari pemanasan global, melalui pemahaman prilaku alam.
2. Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan siklus-siklus ekosistim didalamnya, melalui sikap transenden terhadap alam tanpa melupakan bahwa manusia adalan imanen dengan alam.
3. Pemikiran dan keputusan dilakukan secara holistik,  dan kontekstual
4. Perancangan  dilakukan secara teknis dan ilmiah.
5. Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi melalui sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan alam, dan lingkungan sekitarnya.
6. Penggunaan sistim-sistim bangunan yang hemat energi, diutamakan penggunaan sistim-sistim pasif (alamiah),  selaras dengan iklim setempat, daur ulang dan menggunakan potensi setempat.
7.  Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai iklim setempat, menggunakan energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan pada bangunan dan kemungkinan daur ulang.
8.   Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dampak dari limbah maupun kegiatan.
9.  Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan vegetasi  dan habitat mahluk hidup 
10.    Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.
11.    Menuju pada suatu perancangan bangunan yang berkelanjutan.

Dari pemikiran pendekatan diatas akan muncul pertimbangan-pertimbangan yang sangat kompleks dan saling berhubungan secara timbal balik. Oleh karena itu dalam pendekatan
ekologis memerlukan pemecahan secara interdisipliner, yaitu keterlibatan berbagai macam disiplin ilmu untuk mendapatkan hasil perancangan yang optimal bagi manusia dan alam.

 
Referensi:

Agoes Soegianto, (2005), Ilmu Lingkungan, sarana menuju masyarakat berkelanjutan, Airlangga University Press, Surabaya 


Broadbent G, Brebia CA, (ed) (2006),  Eco-Architecture, harmonization between architecture and nature, WIT Press, Southampton, UK.

Burnie D, (1999), Get a Grip on Ecology, The Ivy Press Limited, UK

Frick H, FX Bambang Suskiyanto, (1998), Dasar-dasar Eko-arsitektur, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Frick H, Tri Hesti Mulyani, (2006), Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Krusche P und M, Althaus D, Gabriel I,  (1982), Okologisches Bauen, herausgegeben vom umweltbundesamt, Bauverlag GMBH, Weisbaden und Berlin.

Mackenzie LD, Masten SJ, (2004), Principles of Environmental Engineering and Science, Mc Graw Hill, Singapore

Saturday, September 17, 2011

Lebih Hidup dengan Dekorasi Rumah Natural

SEGALA yang berasal dari alam dan berbahan natural kini banyak dicari orang, tak terkecuali dalam penataan hunian. Nuansa alami bisa memberikan kesejukan dan kenyaman bagi penghuni rumah.

Siapa bilang sesuatu yang natural dan sederhana tidak terlihat indah? Dalam konteks pembangunan rumah, konsep alami kini semakin digemari. Dengan lebih banyak menghadirkan suasana alam di dalam hunian, tentu akan membuat kita selalu merasa nyaman tinggal di rumah. Rasa penat setelah seharian bekerja pun akan langsung sirna saat menatap sejuknya dekorasi alami di dalam rumah.

Daripada mencari hiasan dan ornamen yang terlalu banyak pernik, sesuatu yang simpel ternyata mampu membuat kediaman tampak istimewa. Misalnya pembuatan jalan setapak dengan taburan batu kerikil di sekitarnya di area taman rumah atau vas berisi bunga yang segar. Bisa juga dengan menempatkan ikan dalam wadah kaca atau kurakura kecil yang ditaruh di terarium.

Ini saja sudah bisa memberikan ketenangan bagi lingkungan rumah. Kuncinya adalah pilih beberapa benda sebagai titik fokus (focal point) untuk setiap ruang, dan Anda akan menciptakan suasana yang teduh sekaligus berkilau yang berasal dari karunia alam.

“Untuk membawa suasana yang sejuk dan bersahaja ke dalam rumah Anda, mulailah dengan membiarkan sinar matahari masuk,“ ujar Mally Skok, seorang desainer kain dan pendiri Mally Skok Design yang berbasis di Lincoln, Massachusetts.

“Sebuah jendela di kamar laksana sepasang mata untuk memandang suasana alam. Tidak ada nuansa yang lebih alami dari cahaya matahari di pagi hari yang menerobos melalui jendela dapur,“ kata dia, seperti dikutip laman eHow.
"Warna-warna indah yang tak terduga berasal dari alam, seperti warna sinar matahari di balik daun dan kuning dari buah jeruk atau semangkuk besar bunga bakung. Warna-warna tersebut sama modern dan cerahnya seperti sesuatu yang bisa Anda cetak di atas selembar kertas,“ ujarnya lagi.

Banyak sekali, ungkap Skok, elemen dekorasi rumah yang bisa didapatkan secara gratis. Seperti sepotong kulit kayu, ranting pohon, pohon birch, atau sekuntum bunga dogwood putih yang indah dalam botol kaca besar. Bahkan seuntai rumput laut berwarna keunguan yang diletakkan di sebuah boks tembus pandang dapat menunjukkan sebuah kenangan dan nostalgia yang tak terlupakan saat berlibur ke sebuah pantai yang romantis.

"Suatu benda yang gratis bisa terlihat sangat keren," imbuhnya.

Skok juga merekomendasikan Anda untuk menjelajahi pantai untuk mendapatkan batu-batu sedang, kira-kira setengah ukuran bola sepak,untuk dijadikan doorstop. Doorstop adalah pengganjal pintu yang diletakkan di bawah. Atau bisa juga mengumpulkan kulit kerang yang sudah rusak untuk ditumpukkan di sekitar bagian alas lilin hias.

"Untuk kerang, lebih baik jika Anda sendiri yang mendapatkannya. Tidak perlu membeli di internet atau di sebuah department store," tandasnya.

Dia juga menyarankan, jangan lupa membeli hiasan kecil seperti sabun asli buatan perajin lokal saat bepergian ke suatu daerah. "Ketika sesuatu yang autentik dan relevan terjadi, itu akan mengubah seluruh suasana,” ucap Skok.

Sementara itu, menurut Mark Christofi, pendiri Christofi Interiors, untuk menghadirkan nuansa natural di rumah dapat dibangun taman rumput dengan pepohonan yang menjulang tinggi di teras belakang rumah Anda. Christofi Interiors sendiri merupakan perusahaan desain interior yang sering memenangkan penghargaan yang berbasis di Reading, Massachusetts.

"Perabot luar ruang tidak hanya terlihat benar-benar bagus, tetapi memang sungguh berguna," kata Christofi.

Sumber : Lebih Hidup Dengan Dekorasi Rumah Natural

Merancang Rock Garden di Rumah

UMUMNYA kita mengenal taman sebagai sekumpulan tanaman yang berada dalam satu area. Jenis tanamannya pun dipilih yang memiliki kesan sejuk, teduh, dan nyaman, supaya rumah mendapatkan kesan serupa. Lantas, bagaimana dengan rock garden?

Rock garden merupakan tipe taman yang unik. Sebab, dalam pengaplikasiannya lebih banyak digunakan unsur material keras dibandingkan material lembut. Dalam arti, material yang digunakan lebih banyak batu-batuan dan pasirnya ketimbang tanaman. Hal tersebut disampaikan arsitek lanskap Nirwono Yoga.

Menurut dia, umumnya kita mengenal rock garden sebagai taman yang komposisinya menggunakan media keras, seperti pasir, batu-batu koral, dan kerikil.

Hal serupa dikatakan arsitek lanskap Giwo Rubianto. Menurut dia, rock garden memiliki media tanam yang berbeda dari jenis taman yang biasa penghuni aplikasikan.

”Jika biasanya yang kita siapkan adalah tanah, rumput, dan lain-lain, pada rock garden yang dipersiapkan adalah elemen-elemen keras seperti batu koral, pasir, batu bata, dan ijuk,” terangnya.

Bisa dikatakan, komposisi batu koral dan pasir pada jenis taman ini mencapai 60–70 persen, sementara sisanya merupakan aplikasi tanaman.

Lantas, bagaimana cara menerapkannya? Nirwono menuturkan, untuk membuat rock garden, hal pertama yang harus diperhatikan adalah letak serta ukuran lahannya.

Biasanya rock garden kerap diaplikasikan di dalam rumah, berdampingan dengan inner court. Meski begitu, ada juga yang meletakkannya di halaman depan atau belakang rumah.

Hanya, berhubung karakter taman ini kering, maka bila diaplikasikan di halaman depan rumah akan memengaruhi kesan bangunan utama. Sementara mengenai ukurannya, taman kering ini umumnya jarang diaplikasikan dalam skala lahan yang luas. Lagi-lagi dikarenakan karakter taman tersebut.

”Karena itu, lahan berukuran 1x2 meter atau 5 meter persegi sudah dapat dibuat taman ini,” ujar Nirwono.

Lantaran itu pula, rock garden masih memerlukan elemen pendukung guna membuatnya terkesan lebih lembut. Nirwono memberi saran, Anda bisa menambahkan unsur tanaman dan air pada taman ini.

Dengan catatan, pastikan tanaman memiliki karakter yang hampir sama. Maksudnya, tanaman tahan panas dan tidak membutuhkan perawatan secara khusus.

Misalkan kaktus, soka, atau jenis tanaman kering lain. Untuk memberi sentuhan segar dan indah, tidak ada salahnya Anda mengaplikasikan tanaman berbunga. Bila tidak memungkinkan, Anda boleh memilih tanaman yang karakter daunnya indah dan tebal, atau pilih bentuk batangnya yang indah.

”Dengan catatan, tetap harus pilih yang karakternya hampir sama dengan tanaman lain,” kata Giwo.

Anda masih boleh menambahkan unsur lain di taman itu. Ambil contoh, aplikasi air mancur atau buat kolam-kolam kecil. Mengenai ukurannya, Anda dapat menyesuaikan menurut lahan yang tersedia. Yang terpenting, tujuan dibuatnya kolam atau air mancur itu adalah untuk memperlembut dan menyegarkan rock garden.

Agar taman kering ini baik secara estetika dan fungsional, sebaiknya sesuaikan konsep taman dengan karakter bangunan rumah. Hal tersebut disampaikan arsitek Nunung Adywijaya.

Menurut dia, rock garden tetap harus memiliki keterkaitan dengan konsep rumah atau lebih tepatnya rock garden harus bertema supaya dalam penerapannya tidak terkesan asal.

”Jangan lupa, kesan natural juga harus menjadi pertimbangan. Terkadang orang mengistilahkan taman ini sebagai taman kering sehingga penunjang kesan naturalnya tidak diperhatikan,” kata dia.

Begitu pun saat memilih elemen keras yang hendak digunakan, tentu bukan sembarang kerikil atau batu yang dipilih.

Dalam hal ini Anda harus cermat memilih jenis batu yang digunakan, misalnya batu koral, batu granit, atau batu-batuan yang besar. Sementara untuk besarannya, Anda dapat mengaturnya sesuai konsep awal.

Ambil contoh, pilih batu dengan jenis yang sama, namun ukurannya berbeda. Tinggal bagaimana cara Anda mengomposisikannya.

Misalnya lagi, sebut Nunung, untuk besaran batu, pilih beberapa yang ukurannya besar dan berwarna gelap. Sementara untuk batu-batu kecilnya, Anda dapat menggunakan batu koral dengan pilihan berbagai warna.

”Kembali lagi ke konsepnya. Jika yang diusung konsep minimalis, warna yang dipilih jangan terlalu banyak. Cukup dua atau pilih yang warnanya netral. Sebab, terlalu banyak warna malah terkesan maksimalis,” ujar Nunung.

Sumber : Merancang Rock Garden Di Rumah

Friday, September 16, 2011

Menciptakan Taman Kota Berseri


Oleh : Prof.Dr.Ir.H. Sunturo Wongso Atmojo.MS
Dekan Fakultas Pertanian UNS. Solo.

Nampaknya nyanyian Tirtonadi yang permai, Minapadi dengan perahunya memberikan kesan kota Solo riwayatmu dulu yang begitu indah dengan taman dan kolam yang cukup menarik pengunjung. Namun semuanya tinggallah kenangan, bahkan kitapun sulit menggambarkan. Saat ini yang kita lihat, terminal yang bising dan pengab dengan asap kendaraan.
Mendengar rencana Walikota (Pemkot) akan merevitalisasi taman Balekambang yang akan segera direalisasi, timbulah harapan kembali akan impian tadi. Menurut rencana akan dibangun pemandian, bangunan pentas budaya, berbagai tempat  pameran kerajinan dan taman. Namun yang jauh lebih penting taman hijau hendaklah tetap dominan dan tetap mempertahankan pohon-pohon besar yang ada (berdiameter > 50 cm), sehingga akan menimbulkan kenyaman dan kesegaran bagi pengunjung, menciptakan kembali taman Tirtonadi yang sudah punah. Selamat buat pak Wali, semoga segera terwujud.
Luas ruang/lahan terbuka hijau di Kota Solo setiap tahun semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan terjadinya alih fungsi menjadi bangunan untuk berbagai keperluan seperti perumahan, terminal, pertokoan, kantor, dan lain-lain. Bahkan lapangan sepak bolapun berubah menjadi Mall.
Saat ini memang belum ada standar luas lahan terbuka hijau bagi suatu daerah atau kota, kecuali luas taman. Itu pun tidak baku dan tidak bersifat universal. Menilik dari negara tetangga kita di Malaysia, ditetapkan bahwa standar pemenuhan kebutuhan tamannya adalah 1,9 m2/orang, sementara di Jepang minimal 5 m2/orang. Untuk Indonesia dan kota Solo khususnya berapa luasan taman kota yang ideal tampaknya belum ada patokan.
Patokan luasan taman per orang inipun nampaknya sulit dipertahankan, mengingat jumlah penduduk semakin bertambah, sementara luasan kotanya tetap. Memang luas taman ideal sulit dalam penentuannya, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti letak geografis dan topografis, tingkat kesejahteraan dan budaya masyarakatnya. Namun mengingat betapa pentingnya fungsi taman kota, maka tentunya harus selalu diupayakan.
Multi Fungsi taman kota :
Taman kota mempunyai fungsi yang banyak (multi fungsi ) baik berkaitan dengan fungsi hidroorologis, ekologi, kesehatan, estetika dan rekreasi. 
1. Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau, dapat berperan dalam membantu fungsi hidroorologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Diperkirakan untuk setiap hektar ruang terbuka hijau, mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau dapat diatasi. Sekarang sedang digalakan pembuatan biopori di samping untuk dapat meningkatkan air hujan yang dapat tersimpan dalam tanah, juga akan memperbaiki kesuburan tanah. Pembuatan biopori sangat sederhana dengan mengebor tanah sedalam satu meter yang kemudian dimasuki dengan sampah, maka di samping akan meningkatkan air tersimpan juga akan meningkatkan jumlah cacing tanah dalam lubangan tadi yang akan ikut andil menyuburkan tanah.
2. Taman kota mempunyai fungsi kesehatan. Taman yang penuh dengan pohon sebagai jantungnya paru-paru kota merupakan produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan yang lain adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia. Setiap satu hektar ruang terbuka hijau diperkirakan mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk perhari, membuat dapat bernafas dengan lega.
3. Taman kota mempunyai fungsi ekologis, yaitu sebagai penjaga kualitas lingkungan kota. Bahkan rindangnya taman dengan banyak buah dan biji-bijian merupakan habitat yang baik bagi burung-burung untuk tinggal, sehingga dapat mengundang burung-burung untuk berkembang. Kicauan burung dipagi dan sore akan terdengar lagi.
Terkait dengan fungsi ekologis taman kota dapat berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro. Pepohonan yang  rimbun, dan rindang, yang terus-menerus menyerap dan mengolah gas karbondioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), nitrogendioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang merupakan 80 persen pencemar udara kota, menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga setiap saat. Kita sadari pentingnya tanaman dan hutan sebagai  paru-paru kota yang diharapkan dapat membantu menyaring dan menjerap polutan di udara, sehingga program penghijauan harus mulai digalakkan kembali.
Tanaman mampu menyerap CO2 hasil pernapasan, yang nantinya dari hasil metabolisme oleh tanaman akan mengelurakan O2 yang kita gunakan untuk bernafas.  Setiap jam, satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap delapan kilogram CO2 yang setara dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama.
 Dengan tereduksinya polutan di udara maka masyarakat kota akan terhindar dari resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan kanker kulit. Kota sehat, warga pun sehat.
4. Taman dapat juga sebagai tempat berolah raga dan rekreasi yang mempunyai nilai sosial, ekonomi, dan edukatif. Tersedianya lahan yang teduh sejuk dan nyaman, mendorong warga kota dapat memanfaatkan sebagai sarana  berjalan kaki setiap pagi, olah raga dan bermain, dalam lingkungan kota yang benar-benar asri, sejuk, dan segar sehingga dapat menghilangkan rasa capek. Taman kota yang rindang mampu mengurangi suhu lima sampai delapan derajat Celsius, sehingga terasa sejuk.
Bahkan dari ramainya pengunjung tidak menutup kemungkinan banyak penjual jajanan untuk menyidiakan makanan. Nampaknya warga kota solo mengidamkan benar tempat yang segar dan nyaman, suatu contoh setiap hari minggu kampus UNS Kentingan banyak dimanfaatkan masyarakat solo untuk jalan pagi sehat (olah raga) karena rindangnya kampus yang penuh pepohonan, topografi yang bergelombang menambah daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Tidak berlebih jika dikatakan sebagai Kampus Hijau. Sayangnya pepohonan berbuah seperti sawo manilo walaupun banyak namun masih kecil, sehingga belum mengundang burung tinggal di kampus. Kondisi yang ramai ini mengundang banyak asongan untuk menjajankan makanannya, namun tentunya harus diatur dan ditertibkan.
5. Memiliki nilai estetika. Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota dengan baik akan meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman kota yang indah, dapat juga digunakan warga setempat untuk memperoleh sarana rekreasi dan tempat anak-anak bermain dan belajar. Bahkan taman kota indah dapat mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung. Solo merupakan kota budaya yang memiliki  daya tarik peninggalan budaya seperti kraton kasunanan dan kraton mangkunegaran. Jika lingkungan kotanya sehat dengan taman kotanya tertata indah akan menambah daya tarik bagi wisatawan.

Upaya Menciptakan Taman Kota
Mengingat betapa pentingnya fungsi taman kota maka Pemkot perlu:
(1) Menentukan kebijakan, rencana dan program taman dan hutan kota yang jelas yang disosialisasikan ke masyarakat dan instansi terkait, agar masyarakat bisa menyesuaikan, dan saya yakin Pemkot telah memilik rencana tata taman kota yang mantap. Perencanaan taman kota hendaknya dapat mendukung pamor Solo sebagai kota budaya. Sosaialisasi pengembangan dan pemeliharaan taman kota di segenap lapisan masyarakat ini dalam rangka segera tercapainya luasan ruang hijau diperkotaan. Kesadaran dan keterlibatan segenap lapisan masyarakat untuk menata lingkungannya sangat menunjang terciptanya taman kota secara makro;
(2) Dijalin kerja sama dengan masyarakat dan berbagai stakeholde, untuk meningkatkan pemeliharaan taman. Upaya ini untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memelihara taman-taman dilingkungannya, serta upaya mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang ada untuk taman kota, seperti kampus, halaman kantor atau industri.;
            (3) Adanya aturan untuk mempertahankan taman kota yang telah ada, seperti taman Sriwedari dan taman Jurug sebagai cagar yang terlindungi.  Bahkan perlu adanya larangan untuk penebangan pohon yang berdiameter lebih dari 75 cm tanpa izin. Sebagai contoh seperti apa yang telah dilakukan DIY untuk melindungi pohon-pohon di jalur jalan Jogya-Solo, tepatnya di Prambanan. Rencana Pemkot untuk mengembalikan Sriwedari pada fungsinya kembali sebagai hutan kota, memberikan harapan baru tentang komitmen kuat dari Pemkot untuk mempertahankan ruang hijau di Solo. Bahkan perlu adanya aturan tentang pohon-pohon yang besar perlu dilindungi sebagai cagar budidaya tanaman yang harus dipertahankan keberadaannya. Perlu disadari hutan kota atau taman kota merupakan aset wisata tersendiri bagi pemkot, yang sering kurang diperhatikan oleh banyak fihak. Keindahan, kenyamanan dan kesejukan kawasan merupakan potensi bagi para pengunjung (masyarakat) yang ingin menikmatinya, dan kawasan hutan kota Sriwedari menawarkan potensinya untuk hal tersebut, kepenatan dan stress yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kegiatan dan rutinitas kerja sehari hari dapat dilepaskan pada kawasan ini. Tidak berarti pengembangan hutan kota di Sriwedari akan menghilangkan taman budaya dan kerajinan yang sudah ada. Namun justru akan meningkatkan daya tarik tersendiri.
Terlebih dengan rencana pak Wali yang menggagas City Walk, kesejukan sepanjang jalan kota yang terlewati akan menarik pengunjung kota untuk berjalan kaki, seperti yang pernah saya lihat di Guon zhou Cina. Para pengunjung dengan rela menikmati kesejukan disepanjang jalan sehingga terasa lebih segar dan nyaman menikmati indahnya kota.
(4) Untuk di daerah yang akan dikembangkan, lahan untuk taman harus di alokasikan dengan baik dan dipertahankan keberadaannya. Sebab sering keberadaan taman-taman di pemukiman banyak yang dialih fungsikan oleh masyarakat untuk alasan vasilitas bersama berbentuk bangunan permanen seperti tempat/gedung olah raga, tempat ibadah, atau balai/kantor RW;
(5) Untuk memenuhi ruang terbuka hijau perlu pemanfaatan sarana umum, seperti taman pemakaman umum, lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya, bantaran rel kereta api, bantaran sungai untuk dilakukan penghijauhan. Perlu adanya penertiban bantaran sungai yang ditempati secara liar termasuk lahan terbuka milik Pemkot, untuk dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.
Kita sadari menciptakan taman kota perlu proses yang panjang, namun perlu terus diupayakan, dengan mempertahankan yang sudah ada dan mebangun yang baru. Program penghijauan kota perlu terus digalakan sebagai suatu gerakan. Pemilihan tanaman hendaknya disesuaikan dengan fungsinya

Sumber : Sebelumnya dimuat pada Solo Pos , Senin, 28 Mei 2007

Entri Populer