Oleh:
Neti Triwinanti
Mahasiswa Farmasi Universitas Indonesia
Sekretaris Avicenna Community
Mahasiswa Farmasi Universitas Indonesia
Sekretaris Avicenna Community
“When we heal the earth, we heal ourselves.” (David Orr)
HARI Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap
5 Juni ditetapkan sejak 1972 melalui Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Maksud utama dari ditetapkannya Hari Lingkungan Hidup sedunia ini adalah
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia dalam menjaga lingkungan serta
meningkatkan perhatian pemerintah di berbagai negara dalam menyelesaikan
masalah lingkungan di negaranya masing-masing.
Tahun
ini, tema Hari Lingkungan Hidup di Indonesia adalah Hutan
Penyangga Kehidupan,
selaras dengan tema yang diusung oleh United Nations Environment Programme
(UNEP) yaitu Forests: Nature at your Service. UNEP merupakan lembaga bentukan PBB yang
bertanggung jawab atas perayaan Hari Lingkungan Hidup di berbagai negara.
Terdapat
keyakinan, dahulu nyaris seluruh daratan Indonesia ditumbuhi hutan. Namun saat
ini hanya kurang dari setengah wilayah total Indonesia yang masih memiliki
hutan. Sisanya hilang karena penebangan, penambangan, serta pembangunan. Hal
ini merepresentasikan penurunan luas hutan yang luar biasa signifikan dari luas
awal hutan Indonesia. Bahkan ironisnya, kini hutan-hutan di Indonesia termasuk
dalam deretan beberapa hutan yang paling terancam di muka bumi.
Memperingati
Hari Lingkungan Hidup kali ini, hal paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah
dengan berpartisipasi dalam penjagaan dan pelestarian hutan kota. Mengapa hutan
kota? Karena keberadaan hutan ini seringkali terlupakan. Muncul di antara
himpitan pembangunan fisik kota dan asap-asap kendaraan, ruang hijau ini
seringkali dianggap hanya sebagai pelengkap atau pajangan. Sudah saatnya fungsi
hutan kota tak hanya dipandang sebagai prasyarat suatu wilayah, tetapi sebagai
penyangga kehidupan yang harus dijaga dan dilestarikan.
Jakarta sendiri mempunyai persentase luas hutan kota sebesar 0,4 persen dari total luas wilayah. Angka ini masih jauh dari luas hutan kota yang ideal, yaitu 10 persen dari keseluruhan wilayah. Jika tidak dijaga dengan baik, suatu keniscayaan luas ini akan semakin berkurang di tahun-tahun mendatang. Entah tergantikan oleh gedung bertingkat, perumahan elit, kawasan industri, maupun pusat perbelanjaan. Tak perlu mengunggu bertahun-tahun untuk merasakan dampak langsungnya. Sekarang saja kita sudah bisa merasakan panasnya jalan kota ketika musim kemarau datang. Atau ketika musim penghujan, tak sedikit wilayah kota yang terendam banjir.
Hutan kota seharusnya tidak hanya difungsikan dari segi estetis saja sementara pada dasarnya banyak sekali fungsi lain yang bermanfaat bagi kehidupan. Hutan kota memainkan peran hidrologis yang penting, yakni struktur akar pepohonan di dalamnya dapat menyerap air hujan serta mencegah terjadinya banjir.
Hutan kota juga
bersifat protektif, melindungi manusia (bahkan satwa) dari terik, angin, dan
kebisingan. Daun dan ranting pohon ternyata cukup efektif untuk mengabsorpsi
gelombang suara dari sekitarnya. Lebih jauh lagi, fungsi dari hutan kota adalah
menyediakan udara yang bersih dan sehat serta menjamin ketersediaan oksigen
bagi kehidupan manusia.Jakarta sendiri mempunyai persentase luas hutan kota sebesar 0,4 persen dari total luas wilayah. Angka ini masih jauh dari luas hutan kota yang ideal, yaitu 10 persen dari keseluruhan wilayah. Jika tidak dijaga dengan baik, suatu keniscayaan luas ini akan semakin berkurang di tahun-tahun mendatang. Entah tergantikan oleh gedung bertingkat, perumahan elit, kawasan industri, maupun pusat perbelanjaan. Tak perlu mengunggu bertahun-tahun untuk merasakan dampak langsungnya. Sekarang saja kita sudah bisa merasakan panasnya jalan kota ketika musim kemarau datang. Atau ketika musim penghujan, tak sedikit wilayah kota yang terendam banjir.
Hutan kota seharusnya tidak hanya difungsikan dari segi estetis saja sementara pada dasarnya banyak sekali fungsi lain yang bermanfaat bagi kehidupan. Hutan kota memainkan peran hidrologis yang penting, yakni struktur akar pepohonan di dalamnya dapat menyerap air hujan serta mencegah terjadinya banjir.
Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap hutan kota bisa jadi disebabkan karena minimnya informasi dan sosialisasi. Banyak hal yang bisa kita upayakan sebagai mahasiswa, mulai dari aksi pasif hingga aktif. Secara pasif, setiap individu bisa turut berkontribusi dalam penanaman kesadaran menjaga lingkungan hidup. Implementasinya, kita dapat menjadi inisiator dalam kegiatan berbasis lingkungan seperti pelestarian hutan kota serta berbagai kegiatan sosial lainnya. Karena tak perlu menunggu tanggal 5 Juni untuk berkontribusi secara nyata.
HUTAN KOTA PENYANGGA KEHIDUPAN