Oleh : Prof.Dr.Ir.H.
Sunturo Wongso Atmojo.MS
Dekan Fakultas Pertanian
UNS. Solo.
Nampaknya nyanyian
Tirtonadi yang permai, Minapadi dengan perahunya memberikan kesan kota Solo
riwayatmu dulu yang begitu indah dengan taman dan kolam yang cukup menarik
pengunjung. Namun semuanya tinggallah kenangan, bahkan kitapun sulit
menggambarkan. Saat ini yang kita lihat, terminal yang bising dan pengab dengan
asap kendaraan.
Mendengar rencana
Walikota (Pemkot) akan merevitalisasi taman Balekambang yang akan segera
direalisasi, timbulah harapan kembali akan impian tadi. Menurut rencana akan
dibangun pemandian, bangunan pentas budaya, berbagai tempat pameran kerajinan dan taman. Namun yang jauh
lebih penting taman hijau hendaklah tetap dominan dan tetap mempertahankan
pohon-pohon besar yang ada (berdiameter > 50 cm), sehingga akan menimbulkan
kenyaman dan kesegaran bagi pengunjung, menciptakan kembali taman Tirtonadi
yang sudah punah. Selamat buat pak Wali, semoga segera terwujud.
Luas ruang/lahan
terbuka hijau di Kota Solo setiap tahun semakin berkurang. Hal tersebut
disebabkan terjadinya alih fungsi menjadi bangunan untuk berbagai keperluan
seperti perumahan, terminal, pertokoan, kantor, dan lain-lain. Bahkan lapangan
sepak bolapun berubah menjadi Mall.
Saat ini memang
belum ada standar luas lahan terbuka hijau bagi suatu daerah atau kota, kecuali
luas taman. Itu pun tidak baku dan tidak bersifat universal. Menilik dari
negara tetangga kita di Malaysia, ditetapkan bahwa standar pemenuhan kebutuhan
tamannya adalah 1,9 m2/orang, sementara di Jepang minimal 5 m2/orang.
Untuk Indonesia dan kota Solo khususnya berapa luasan taman kota yang ideal
tampaknya belum ada patokan.
Patokan luasan
taman per orang inipun nampaknya sulit dipertahankan, mengingat jumlah penduduk
semakin bertambah, sementara luasan kotanya tetap. Memang luas taman ideal
sulit dalam penentuannya, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
letak geografis dan topografis, tingkat kesejahteraan dan budaya masyarakatnya.
Namun mengingat betapa pentingnya fungsi taman kota, maka tentunya harus selalu
diupayakan.
Multi Fungsi taman kota :
Taman kota
mempunyai fungsi yang banyak (multi
fungsi ) baik berkaitan dengan fungsi hidroorologis, ekologi, kesehatan,
estetika dan rekreasi.
1. Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau, dapat berperan dalam membantu fungsi hidroorologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Diperkirakan untuk setiap hektar ruang terbuka hijau, mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau dapat diatasi. Sekarang sedang digalakan pembuatan biopori di samping untuk dapat meningkatkan air hujan yang dapat tersimpan dalam tanah, juga akan memperbaiki kesuburan tanah. Pembuatan biopori sangat sederhana dengan mengebor tanah sedalam satu meter yang kemudian dimasuki dengan sampah, maka di samping akan meningkatkan air tersimpan juga akan meningkatkan jumlah cacing tanah dalam lubangan tadi yang akan ikut andil menyuburkan tanah.
1. Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau, dapat berperan dalam membantu fungsi hidroorologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Diperkirakan untuk setiap hektar ruang terbuka hijau, mampu menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau dapat diatasi. Sekarang sedang digalakan pembuatan biopori di samping untuk dapat meningkatkan air hujan yang dapat tersimpan dalam tanah, juga akan memperbaiki kesuburan tanah. Pembuatan biopori sangat sederhana dengan mengebor tanah sedalam satu meter yang kemudian dimasuki dengan sampah, maka di samping akan meningkatkan air tersimpan juga akan meningkatkan jumlah cacing tanah dalam lubangan tadi yang akan ikut andil menyuburkan tanah.
2. Taman kota
mempunyai fungsi kesehatan. Taman yang penuh dengan pohon sebagai jantungnya
paru-paru kota merupakan produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya.
Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan yang lain adalah berkaitan dengan
penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia. Setiap satu hektar ruang terbuka
hijau diperkirakan mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500
penduduk perhari, membuat dapat bernafas dengan lega.
3. Taman kota
mempunyai fungsi ekologis, yaitu sebagai penjaga kualitas lingkungan kota.
Bahkan rindangnya taman dengan banyak buah dan biji-bijian merupakan habitat
yang baik bagi burung-burung untuk tinggal, sehingga dapat mengundang
burung-burung untuk berkembang. Kicauan burung dipagi dan sore akan terdengar lagi.
Terkait dengan fungsi ekologis taman kota dapat berfungsi sebagai filter
berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro.
Pepohonan yang rimbun, dan rindang, yang
terus-menerus menyerap dan mengolah gas karbondioksida (CO2), sulfur
oksida (SO2), ozon (O3), nitrogendioksida (NO2),
karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang merupakan 80 persen pencemar udara
kota, menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga setiap saat. Kita sadari
pentingnya tanaman dan hutan sebagai
paru-paru kota yang diharapkan dapat membantu menyaring dan menjerap
polutan di udara, sehingga program penghijauan harus mulai digalakkan kembali.
Tanaman mampu
menyerap CO2 hasil pernapasan, yang nantinya dari hasil metabolisme
oleh tanaman akan mengelurakan O2 yang kita gunakan untuk
bernafas. Setiap jam, satu hektar
daun-daun hijau dapat menyerap delapan kilogram CO2 yang setara
dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang
dalam waktu yang sama.
Dengan tereduksinya polutan di udara maka masyarakat
kota akan terhindar dari resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran
pernapasan atas, stres, mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan
mental anak- anak, dan kanker kulit. Kota sehat, warga pun sehat.
4. Taman dapat
juga sebagai tempat berolah raga dan rekreasi yang mempunyai nilai sosial,
ekonomi, dan edukatif. Tersedianya lahan yang teduh sejuk dan nyaman, mendorong
warga kota dapat memanfaatkan sebagai sarana
berjalan kaki setiap pagi, olah raga dan bermain, dalam lingkungan kota yang
benar-benar asri, sejuk, dan segar sehingga dapat menghilangkan rasa capek.
Taman kota yang rindang mampu mengurangi suhu lima sampai delapan derajat
Celsius, sehingga terasa sejuk.
Bahkan dari
ramainya pengunjung tidak menutup kemungkinan banyak penjual jajanan untuk
menyidiakan makanan. Nampaknya warga kota solo mengidamkan benar tempat yang
segar dan nyaman, suatu contoh setiap hari minggu kampus UNS Kentingan banyak
dimanfaatkan masyarakat solo untuk jalan pagi sehat (olah raga) karena
rindangnya kampus yang penuh pepohonan, topografi yang bergelombang menambah
daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Tidak berlebih jika dikatakan sebagai Kampus Hijau. Sayangnya pepohonan
berbuah seperti sawo manilo walaupun banyak namun masih kecil, sehingga belum
mengundang burung tinggal di kampus. Kondisi yang ramai ini mengundang banyak
asongan untuk menjajankan makanannya, namun tentunya harus diatur dan
ditertibkan.
5. Memiliki nilai
estetika. Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota dengan baik akan meningkatkan
kebersihan dan keindahan lingkungan, sehingga akan memiliki nilai estetika.
Taman kota yang indah, dapat juga digunakan warga setempat untuk memperoleh
sarana rekreasi dan tempat anak-anak bermain dan belajar. Bahkan taman kota
indah dapat mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung. Solo merupakan
kota budaya yang memiliki daya tarik
peninggalan budaya seperti kraton kasunanan dan kraton mangkunegaran. Jika
lingkungan kotanya sehat dengan taman kotanya tertata indah akan menambah daya
tarik bagi wisatawan.
Upaya Menciptakan Taman Kota
Mengingat betapa
pentingnya fungsi taman kota maka Pemkot perlu:
(1) Menentukan
kebijakan, rencana dan program taman dan hutan kota yang jelas yang
disosialisasikan ke masyarakat dan instansi terkait, agar masyarakat bisa
menyesuaikan, dan saya yakin Pemkot telah memilik rencana tata taman kota yang
mantap. Perencanaan taman kota hendaknya dapat mendukung pamor Solo sebagai
kota budaya. Sosaialisasi pengembangan dan pemeliharaan taman kota di segenap
lapisan masyarakat ini dalam rangka segera tercapainya luasan ruang hijau
diperkotaan. Kesadaran dan keterlibatan segenap lapisan masyarakat untuk menata
lingkungannya sangat menunjang terciptanya taman kota secara makro;
(2) Dijalin kerja
sama dengan masyarakat dan berbagai stakeholde, untuk meningkatkan
pemeliharaan taman. Upaya ini untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
memelihara taman-taman dilingkungannya, serta upaya mengoptimalkan pemanfaatan
fasilitas yang ada untuk taman kota, seperti kampus, halaman kantor atau
industri.;
(3) Adanya aturan untuk
mempertahankan taman kota yang telah ada, seperti taman Sriwedari dan taman
Jurug sebagai cagar yang terlindungi. Bahkan perlu adanya larangan untuk
penebangan pohon yang berdiameter lebih dari 75 cm tanpa izin. Sebagai contoh
seperti apa yang telah dilakukan DIY untuk melindungi pohon-pohon di jalur
jalan Jogya-Solo, tepatnya di Prambanan. Rencana Pemkot untuk mengembalikan
Sriwedari pada fungsinya kembali sebagai hutan kota, memberikan harapan baru tentang
komitmen kuat dari Pemkot untuk mempertahankan ruang hijau di Solo. Bahkan
perlu adanya aturan tentang pohon-pohon yang besar perlu dilindungi sebagai
cagar budidaya tanaman yang harus dipertahankan keberadaannya. Perlu disadari
hutan kota atau taman kota merupakan aset wisata tersendiri bagi pemkot, yang
sering kurang diperhatikan oleh banyak fihak. Keindahan, kenyamanan dan
kesejukan kawasan merupakan potensi bagi para pengunjung (masyarakat) yang
ingin menikmatinya, dan kawasan hutan kota Sriwedari menawarkan potensinya
untuk hal tersebut, kepenatan dan stress yang mungkin terjadi sebagai akibat
dari kegiatan dan rutinitas kerja sehari hari dapat dilepaskan pada kawasan
ini. Tidak berarti pengembangan hutan kota di Sriwedari akan menghilangkan
taman budaya dan kerajinan yang sudah ada. Namun justru akan meningkatkan daya
tarik tersendiri.
Terlebih dengan rencana pak Wali yang menggagas City Walk, kesejukan
sepanjang jalan kota yang terlewati akan menarik pengunjung kota untuk berjalan
kaki, seperti yang pernah saya lihat di Guon zhou Cina. Para pengunjung dengan
rela menikmati kesejukan disepanjang jalan sehingga terasa lebih segar dan
nyaman menikmati indahnya kota.
(4) Untuk di
daerah yang akan dikembangkan, lahan untuk taman harus di alokasikan dengan
baik dan dipertahankan keberadaannya. Sebab sering keberadaan taman-taman di
pemukiman banyak yang dialih fungsikan oleh masyarakat untuk alasan vasilitas
bersama berbentuk bangunan permanen seperti tempat/gedung olah raga, tempat
ibadah, atau balai/kantor RW;
(5) Untuk memenuhi
ruang terbuka hijau perlu pemanfaatan sarana umum, seperti taman pemakaman
umum, lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya, bantaran rel kereta api,
bantaran sungai untuk dilakukan penghijauhan. Perlu adanya penertiban bantaran
sungai yang ditempati secara liar termasuk lahan terbuka milik Pemkot, untuk
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.
Kita sadari
menciptakan taman kota perlu proses yang panjang, namun perlu terus diupayakan,
dengan mempertahankan yang sudah ada dan mebangun yang baru. Program
penghijauan kota perlu terus digalakan sebagai suatu gerakan. Pemilihan tanaman
hendaknya disesuaikan dengan fungsinya
Sumber : Sebelumnya dimuat pada
Solo
Pos , Senin, 28 Mei 2007
Sumber : Sebelumnya dimuat pada